Perbedaan MQTT vs HTTP: Mana Protokol Terbaik?
Dalam pengembangan Internet of Things (IoT), komunikasi antarperangkat menjadi faktor utama. Sensor, mikrokontroler, hingga aplikasi harus bisa saling bertukar data dengan cepat dan efisien. Untuk itu, dibutuhkan protokol komunikasi yang handal. Dua protokol paling populer di dunia IoT adalah MQTT (Message Queuing Telemetry Transport) dan HTTP (HyperText Transfer Protocol).
Keduanya memiliki fungsi serupa, yaitu mengirim dan menerima data. Namun, cara kerja, efisiensi, serta penggunaannya cukup berbeda. Lalu, mana yang sebaiknya kamu pilih untuk proyek IoT? Mari kita kupas tuntas perbedaannya.
1. Cara Kerja HTTP
HTTP adalah protokol komunikasi yang paling umum digunakan di internet. Mekanismenya berbasis request–response. Artinya, perangkat klien (misalnya sensor atau aplikasi) harus mengirim permintaan terlebih dahulu agar server merespons dengan data.
Kelebihan HTTP:
-
Mudah dipahami dan banyak dokumentasi.
-
Didukung oleh hampir semua platform, termasuk web dan mobile.
-
Lebih cocok untuk aplikasi yang jarang mengirim data.
Kekurangan HTTP:
-
Konsumsi bandwidth lebih besar karena setiap komunikasi membawa header panjang.
-
Latensi cenderung lebih tinggi.
-
Kurang efisien untuk perangkat IoT yang harus mengirim data terus-menerus.
2. Cara Kerja MQTT
MQTT dirancang khusus untuk komunikasi mesin-ke-mesin (M2M) dan IoT. Protokol ini berbasis publish–subscribe dengan bantuan broker. Jadi, perangkat tidak perlu terus-menerus meminta data. Cukup publish data ke broker, lalu perangkat lain yang subscribe akan otomatis menerima informasi.
Kelebihan MQTT:
-
Ringan dan hemat bandwidth karena ukuran paket kecil.
-
Efisien untuk komunikasi real-time.
-
Stabil meskipun jaringan internet lemah.
-
Mendukung komunikasi satu ke banyak (one-to-many).
Kekurangan MQTT:
-
Membutuhkan broker tambahan untuk mengatur komunikasi.
-
Tidak sepopuler HTTP, sehingga butuh pemahaman ekstra bagi pemula.
-
Lebih sulit diintegrasikan dengan aplikasi web tradisional tanpa middleware.
3. Perbedaan MQTT vs HTTP
Agar lebih jelas, berikut beberapa perbedaan utama:
-
Model Komunikasi:
-
HTTP → Request–response (klien selalu meminta data).
-
MQTT → Publish–subscribe (broker menghubungkan publisher dan subscriber).
-
-
Efisiensi Data:
-
HTTP → Boros bandwidth karena header panjang.
-
MQTT → Ringan dan cocok untuk perangkat IoT dengan keterbatasan sumber daya.
-
-
Konsumsi Daya:
-
HTTP → Membutuhkan daya lebih besar karena koneksi sering dibuat ulang.
-
MQTT → Lebih hemat daya, cocok untuk perangkat dengan baterai.
-
-
Penggunaan Ideal:
-
HTTP → Cocok untuk aplikasi web, API, dan komunikasi tidak terlalu intens.
-
MQTT → Lebih baik untuk sistem IoT real-time seperti smart home, monitoring sensor, atau kendaraan pintar.
-
4. Mana yang Harus Kamu Pilih?
Pilihan protokol bergantung pada kebutuhan proyek. Jika kamu hanya butuh mengirim data sesekali atau menghubungkan IoT dengan web server biasa, maka HTTP sudah cukup. Namun, jika sistem membutuhkan komunikasi cepat, real-time, hemat daya, dan stabil di jaringan terbatas, maka MQTT adalah pilihan terbaik.
Contohnya, sistem monitoring suhu dan kelembaban di pertanian pintar akan lebih efisien jika menggunakan MQTT, karena data harus dikirim secara berkala dengan konsumsi daya rendah. Sementara itu, aplikasi absensi berbasis IoT bisa tetap menggunakan HTTP karena hanya butuh request ketika user melakukan scan.
Baca juga: Cara Kerja Antara Sensor Analog dan Sensor Digital
5. Kesimpulan
Perbedaan MQTT dan HTTP terletak pada cara kerja, efisiensi, serta kebutuhan penggunaannya. HTTP unggul dalam kesederhanaan dan dukungan luas, sedangkan MQTT unggul dalam efisiensi, kecepatan, dan keandalan untuk IoT.
Jika tujuanmu membangun sistem IoT modern yang membutuhkan komunikasi real-time, maka MQTT adalah jawabannya. Tetapi, jika proyek lebih sederhana dan dekat dengan aplikasi web, HTTP bisa menjadi pilihan praktis.
👉 Ingin belajar langsung praktik MQTT dan HTTP dalam proyek IoT nyata?
Daftar sekarang di lynk.id/indobot dan ikuti pelatihan bersama mentor profesional